Ramadhan Untuk Semua

   Langit senja mulai menampakkan dirinya, adzan magrib mulai terdengar
berkumandang, akhirnya waktu berbuka puasa telah tiba.
“Enaknya….” Ucap Shelly ketika mencicipi capcay buatan ibunya.
“Ibu jadi makin pinter masak ya,” puji Ayahnya Shelly.
“Ah, Ayah bisa aja,” Ibunya Shelly tersipu malu. Dengan tertawa kecil, mereka pun mulai makan bersama di meja makan.


   Hari ini adalah hari pertama bulan Ramadhan, dimana seluruh umat Islam memulai untuk berpuasa. Namun, kadang tidak hanya umat Islam saja yang berpuasa, umat-umata gama lain pun ada yang melaksanakan puasa, selain sebagai bentuk toleransi terhadap umat Islam, puasa pun ternyata dijadikan sebagai kegiatan yang dapat menyehatkan tubuh, karena apabila kita berpuasa, lemak akan semakin optimal dibakar oleh sel-sel tubuh.

   Shelly merupakan anak tunggal, umurnya 16 tahun dan masih duduk di bangku kelas1 SMA. Ia merupakan keturunan Tionghoa, memiliki paras imut dan cantik, serta mata sipitnya yang mempesona. Selama bulan Ramadhan, Ibunya Shelly selalu memasak masakan khas Tionghoa, seperti capcay, Fu Yung Hai, dan berbagai masakan lainnya. Tentu hal iniselalu dilakukan selama berpuasa, karena saat bulan Ramadhan, toko-toko tidak banyak yang buka, sehingga membuat Ibunya Shelly harus sedikit berepot-repot untuk menyajikan menu berbuka puasa. Namun bagi Ibunya Shelly, hal ini menjadi kenikmatan tersendiri, karena bisa makan berkumpul dengan keluarga kecilnya, ditambah dengan pujian-pujian dari suami dan anaknya membuat Ibunya Shelly semakin semangat untuk memasak di rumah.

   Indonesia sendiri merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia,sehingga bukan suatu hal yang luar biasa jika memang perayaan bulan Ramadhan di Indonesia semakin tahun semakin ramai. Umat non-muslim pun banyak juga yang mendapat berkah dari bulan Ramadhan ini, jajanan-jajanan yang biasanya tidak ada di hari-hari biasa, justru berlimpah di bulan Ramadhan, tidak dibatasi untuk umat muslim saja, yang non-muslim pun bebas berbelanja jajanan khas di bulan Ramadhan.

   Suatu hari, Shelly hendak berbelanja di Pasar Ramadhan untuk menyiapkan beberapa hidangan berbuka puasa, namun saat hendak membeli beberapa jajanan di sebuah lapak pasar, tiba-tiba saja beberapa orang mencibir Shelly tanpa alasan yang jelas, namun ia tak ingin ambil pusing, dengan cueknya ia tetap melanjutkan berbelanja di Pasar Ramadhan tersebut. Walaupun Shelly berusaha cuek tidak menghiraukan cibiran orang-orang tersebut,namun sebenarnya ia selalu berpikir, mengapa orang-orang tersebut mencibir dirinya, apa ada yang salah dengan dirinya? Pertanyaan itu seakan menghantui pikirannya setiap saat.
   Kejadian pertama kali ia di cibir itu, merupakan kali pertama ia berbelanja sendiri di Pasar Ramadhan, biasanya yang pergi ke pasar adalah Ibunya, namun kali ini Shelly ingin membantu Ibunya. Namun, kejadian tak diharapkan justru terjadi. Sepulang berbelanja,
Shelly segera menghampiri Ibunya di dapur dan bertanya, “Ibu, biasanya kalau Ibu berbelanja
di Pasar Ramadhan, pernah gak dicibir oleh orang-
orang disitu?” Ibunya Shelly hanya tersenyum, lalu berkata, “sudahlah, jangan dipikirkan, sini belanja annya, kamu ke ruang tengah saja, sambil menunggu adzan magrib,” Shelly merasa pertanyaannya belum terjawab, tapi Ibunya terus membujuk, sehingga terpaksa ia harus menuruti nasihat Ibunya.

   Shelly sungguh merasa bingung apa yang sudah terjadi dengan dirinya, mengapa ia dicibir seperti itu, apakah tampang wajahnya seperti tampang orang jahat? Ah, tidak mungkin, pakaian Shelly pun sangat sopan ketika berbelanja. Entahlah, Shelly berusaha tak ingin menghirau kannya.

Keesokan harinya, Shelly kembali harus berhadapan dengan orang-orang yang mencibir dia kemarin, di tempat yang sama. Namun hari itu ada hal yang berbeda, tanpa sengaja, saat Shelly hendak pulang, tiba-tiba ada seorang laki-laki menarik tangan Shelly.Sontak Shelly terkejut, siapa gerangan yang tiba-tiba saja nekat menarik tangannya. Namun, begitu dia melihat sosok laki-laki itu, betapa terkejutnya ia, ternyata laki-laki itu adalah Arif,teman SMP-nya Shelly.

   “Arif? Ngap ain kamu disini? Kaget banget aku loh,” ucap Shelly sambil mengelus dadanya karena gugup. “Hayo… Udah lama loh aku gak liat kamu, kemana aja?” Arif mulai bercanda. “Ah, aku disini-sini aja kok, kamu tuh yang kemana, haha” Shelly merespon candaan Arif. “Oh iya, hari ini ikut bareng ke rumahku yuk, kita buka puasa bersama,” ajak Arif dengan semangat. “Hmm.... Boleh, tapi aku ke rumah dulu ya, ngantar belanjaan Ibuku” kata Shelly kepada Arif. “Oke…” Arif setuju.

   Saat adzan magrib berkumandang, Shelly, Arif, dan keluarga Arif berbuka puasa bersama di rumah Arif yang sederhana. Nuansa kebersamaan sangat terasa saat itu, Shelly merasa senang, ia merasa seperti di keluarga sendiri. Namun, setelah semuanya selesai berbuka puasa, sekilas Shelly teringat kejadian yang menimpanya 2 hari terakhir ini. Ia pun menanyakan hal itu kepada Arif. “Eh Rif, aku bingung loh, 2 hari terakhir ini aku kan kePasar Ramadhan untuk berbelanja, nah, dua kali berturut-turut, aku dicibir terus oleh beberapa orang yang ada disana, kenapa ya? Aku bingung loh,” Shelly keheranan. “Oh… Itu sudah biasa kali,” jawab Arif tiba-tiba. “Hah? Biasa gimana maksud kamu?” Shelly makinkeheranan. “Jadi gini ya Shelly, kita tahu kan di Indonesia merupakan negara dengan
mayoritas penduduknya Islam. Apalagi di daerah kita ini, sangat kental dengan ajaran Islam. Nah, namun sangat disayangkan, tidak semua umat Islam benar-benar bisa bertoleransi dengan umat non-muslim. Mereka yang cenderung fanatik dengan Islam, merasa bahwa Ramadhan ini hanya untuk umat Islam, padahal Tuhan tidak pernah membeda-bedakan makhluknya, semua dicintai oleh-Nya. Mungkin orang-orang yang mencibir kamu itu, adalah orang-orang yang fanatik
dengan Islam.” Arif menjelaskan. “Oh… Begitu, pantesan Ibuku tidak mau memberitahukan kepadaku tentang hal ini, karena dia juga mungkin sering dicibir seperti itu, jadi dia tidak mau menimbulkan permusuhan antar umat beragama dan ras suku yang berbeda,” Shelly mulai mengerti. “Nah, betul sekali Shelly, kita sama-sama berdoa saja semoga di Indonesia ini makin banyak orang yang bisa saling bertoleransi, menjaga kerukunan antar umat beragama, dan ras suku yang berbeda, apalagi di Indonesia ini kan banyak suku dan agama, jadi toleransi itu sangat penting dan harus di
junjung tinggi,” Arif menambahkan.”Betul sekali Rif, seperti kita ini ya, kamu itu orang Jawa, dan Muslim, sedangkan aku kan keturunan Tionghoa beragama Kristen, jadi kita saling toleransi saja. Takada salahnya juga kan aku ikut berpuasa, selain menjunjung tinggi toleransi, puasa itu
ternyata menyehatkan yah,” Shelly juga menambahkan. “Ya, benar sekali Shelly, karena
Ramadhan itu untuk semua, semua umat beragama boleh menikmati indahnya Ramadhan
bersama,” Kata Arif.

Mereka pun saling tertawa dan akhirnya Shelly pun berpamitan pulang, karena Arif dan keluarganya akan melaksanakan shalat tarawih di mesjid. Inilah kehidupan Shelly, ia sebenarnya adalah seorang non-muslim, keturunan Tionghoa beragama Kristen, namun ia dan keluarganya benar-benar bisa bertoleransi dan bahkan menikmati berkah Ramadhan. Arif temannya pun benar-benar senang dengan Shelly yang bisa menjunjung tinggi rasa toleransi antar umat beragama, sehingga kerukunan dalam kehidupan akan selalu terjalin.

oleh: Fathur Rahman
Category: 0 komentar Print and PDF

0 komentar :

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan baik.

Cerita Kita. Diberdayakan oleh Blogger.