Cukup Sekejap Mata

360 hari dalam setahun, 30 hari dalam sebulan, 7 hari dalam seminggu, dan 24 jam dalam sehari, selama itu aku hanya membutuhkan waktu sekejap saja untuk memandangmu, mencintaimu bukan berarti harus memilikimu, bagiku memandangmu saja aku bahagia, bagiku cukup! hanya dengan melihat senyumu saja, karena aku tak pernah mengharapkan yang lebih.

“kenapa sih gak pernah bilang sama dia, cinta itu harus diungkapkan May”, “aku takut”, jawabku lesu pada Santi sahabatku, “Maya … kalau kamu gak bilang, dia gak akan pernah tau, mau sampai kapan kamu menyimpan perasaanmu itu, jangan menyakiti hatimu sendiri May”, dia adalah Akbar, ketua OSIS di sekolahku, aku mengaguminya sejak pertama kali menatap matanya, begitu menawan, begitu indah, aku mencintainya sejak pertama memadang senyumnya, tapi aku tak pernah punya sedikitpun keberanian untuk mengungkapkannya, mungkin karena aku merasa aku tak pantas untuknya, aku hanya siswa biasa yang tak begitu banyak dikenal, dan terakhir juga kudengar dia jadian sama Via, gadis tercantik di sekolahku.

Ritualku setiap pagi adalah menungguinya di depan gerbang sekolah, dia selalu datang pagi-pagi buta, dan aku selalu berusaha untuk datang lebih pagi darinya, ya … aku hanya ingin melihat wajahnya, itu saja… “pasti nungguin Akbar ya?”, ucap Santi mengagetkanku, “iya San, biasa”, “ngapain ditungguin sih, dia itu gak bakalan dateng”, “kok kamu bisa bilang gitu San? Tahu dari mana?”, aku mengikuti Santi yang berjalan masuk ke dalam sekolah, “aku tadi papasan sama dia di jalan?”, “oya, terus gimana?”, tanyaku penasaran, “dia lagi sama Via, kayaknya mereka masuk mall, paling juga bolos”, “Akbar gak mungkin bolos deh, dia bukan orang yang seperti itu”, “siapapun yang jadi pacarnya Via kan pasti bakal berubah, termasuk Akbar juga”, aku lesu mendengarnya, apa mungkin orang yang selama ini aku kagumi akan berubah? Aku merasa Akbar bukan orang yang seperti itu, dia pasti tak akan berubah, dia akan selalu menjadi Akbar yang aku kagumi selama ini, ucapku dalam hati mencoba membelanya.

Pagi ini aku dikejutkan dengan gosip yang beredar di sekolah, salah satu siswa sekolahku melihat Akbar sama Via masuk hotel, aku gak percaya, bagiku Akbar bukan pria seperti itu, aku baru akan percaya kalau sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, “udah denger gosip belum May?”, Tanya Santi padaku di kantin, “gosip apa?”, “kamu beneran belum tahu, apa pura-pura gak tahu May, gosipnya kan udah nyebar kemana-mana, pak Kepsek juga sudah tahu katanya”, “Akbar kan? Aku gak percaya, dia kayak gitu, itu paling juga gosip murahan”, ucapku tegas, “murahan gimana? Orang jelas-jelas ada fotonya gitu kok?”, aku terkaget mendengarnya, “foto?”, tanyaku sedikit melotot padanya, “iya foto, dipasang di mading sekolah, gak tahu siapa yang masang”, tanpa pikir panjang, aku mengehentikan aktivitas makanku dan meninggalkan kantin, ya tentu saja aku penasaran ingin melihat foto itu.

Aku benar-benar tak percaya, tanpa kusadari air mataku menetes begitu saja, rasanya aku gak punya daya lagi setelah melihat foto itu, itu benar Akbar, orang yang selama ini aku kagumi, ternyata begitu sakit rasanya melihat foto orang yang kita cintai bermesraan dengan wanita lain di dalam kamar, “udah lah May, gak usah sedih, seenggaknya kan lo tahu dia bukan yang tebaik buat lo”, ucap Santi mencoba menenangkanku, aku tak menjawabnya, aku hanya bisa menangis, aku benar-benar tak menyangka Akbar bisa berbuat seperti itu, dia seperti bukan Akbar yang aku kenal, yang selalu aku banggakan, yang selalu aku kagumi.

Hari ini aku bertanya pada matahari yang baru saja bangun, aku ingin tahu, apa hari ini aku akan bahagia, ataukah aku akan kecewa seperti hari sebelumnya, aku tak lagi menunggui Akbar di gerbang sekolah, sempat terdengar gosip Akbar dikeluarkan, tapi nyatanya dia masih berangkat sekolah, dia juga sudah tidak menjabat sebagai ketua OSIS lagi, entahlah? Apakah perasaan kagum itu masih ada? Ataukah perasaan itu sudah pergi mengalir bersama tangisanku kemarin.

Saat pulang sekolah tanpa sengaja aku mendengar pertengkaran Akbar dan Via, sekilas kudengar Akbar marah sama Via, karena Akbar merasa semua ini terjadi karena ulahnya, aku yang penasaran menguping pertengkaran mereka, Akbar meminta putus pada Via, tapi Via menolaknya, bahkan memohon-mohon untuk tidak putus dengan Akbar, Via menarik tangan Akbar, tapi Akbar mendorong Via hingga terjatuh, dan saat Akbar berjalan tiba-tiba sebuah mobil melintas dengan kencangnya, aku secara spontan menghadang mobil itu mencoba untuk melindungi Akbar, “Akbar! awas!”, dan mobil itupun menabrakku, aku tersungkur, penuh darah, akbar mendatangiku, merengkuhku, “kenapa kamu hadang mobil itu, seharusnya kamu biarkan mobil itu menabrakku kenapa?”, “karena … aku mencintai kamu Akbar”, aku mengucapkan kalimat itu dengan tertatih, Akbar berteriak meminta pertolongan, kulihat dia begitu khawatir padaku, “aku mencintaimu Akbar, dan sekarang aku bahagia bisa memandang wajahmu dengan dekat”, itulah kalimat terakhir yang bisa terucap dari bibirku, aku bahagia sekarang bisa memandang wajahnya dengan begitu dekat, walau hanya sekejap mata, cukup hanya sekejap mata!

Karya: Mayasari
Category: 0 komentar Print and PDF

0 komentar :

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan baik.

Cerita Kita. Diberdayakan oleh Blogger.